Abstract:
Sabaniah, Integrasi Kearifan Lokal Beuma dalam Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran IPAS Keunikan Kebiasaan Masyarakat di Sekitarku Kelas IV di SDN 07 SP2 Sungai Maboh Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2025.
Latar belakang dari penelitian ini yaitu masih banyak peserta didik yang belum mengenal warisan budaya di daerahnya, serta pembelajaran dan media yang diterapkan oleh guru di sekolah masih sangat minim. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan Kearifan lokal apa saja yang diajarkan dalam kurikulum merdeka pada pembelajaran IPAS keunikan kebiasaan masyarakat di sekitarku Kelas IV di SDN 07 SP2 Sungai Maboh Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau pada tahun ajaran 2024/2025. 2) Untuk mengetahui bagaimana kesiapan guru untuk mengintegrasikan kearifan lokal Beuma dalam kurikulum merdeka pada kelas IV di SDN 07 SP2 Sungai Maboh Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau pada tahun ajaran 2024/2025. 3) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan kearifan lokal Beuma dalam pembelajaran IPAS di kelas 4 SDN 07 SP2 Sungai Maboh Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau pada tahun ajaran 2024/2025. 4) Untuk mendeskripsikan Faktor-faktor apa saja yang mendukung penerapan kearifan lokal Beuma dalam pembelajaran IPAS di kelas 4 SDN 07 SP2 Sungai Maboh Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau pada tahun ajaran 2024/2025.
Penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif. Dengan metode penelitian etnografi. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subjek penelitian yaitu ketua adat, tokoh masyarakat, kepala sekolah, guru kelas IV, serta peserta didik. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Kegiatan Beuma meliputi proses nyarik lokasi, nebas, meraras, nebang, membakar, Ngapar, nyemprot, nugal, ngemabau dan ngetau. Proses ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem. 2) Pemahaman guru terhadap konsep Beuma dan Kurikulum Merdeka, kemampuan merancang Modul Ajar Berbasis Kearifan Lokal, kreativitas dan inovasi pembelajaran, dukungan sarana dan lingkungan. 3) Kurangnya inovasi pembelajaran dari guru, terbatasnya pengetahuan peserta didik tentang Budaya Lokal, usia dan kematangan peserta didik yang belum siap untuk praktik lapangan, keterbatasan sarana dan media pembelajaran, kurangnya pelatihan khusus untuk guru, keterbatasan waktu dan jadwal pembelajaran, akses lokasi Beuma yang tidak mudah dijangkau. 4) Antusiasme guru dalam mengintegrasikan Beuma, pengalaman pribadi peserta didik yang relevan, keselarasan dengan Kurikulum Merdeka, dukungan dari kepala sekolah dan sekolah, keterlibatan masyarakat dan tokoh adat, Budaya Lokal yang masih kuat melekat di masyarakat