Abstract:
Latar belakang penelitian ini adalah kata khusyu’ yang berakar pada kata kha-
syin-‘ain banyak disebutkan dalam Alquran. Kata khusyu’ disebutkan sebanyak 17
kali pada 16 ayat dan memiliki berbagai gaya bahasa dan mengandung beberapa
makna yang berbeda-beda. Penafsiran kata tersebut sering kali menjadi perbedaan
dan perdebatan. konsep khusyu’ dalam Alquran (studi komparatif Tafsir Al-Misbah
karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Quran Al-Azhiim karya Ibn Katsir) menjadi
pembahasan utama. Pembahasan ini merujuk kepada dua kitab tafsir. Masalah
penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pertama: bagaimana
penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah dan Ibn Katsir dalam Tafsir
Al-Quran Al-‘Azhiim tentang khusyu’ terkait Q.S Al-Baqarah 2: 45 dan Q.S Al-
Mu’minun 23: 2. Kedua: bagaimana persamaan dan perbedaan penafsiran M. Quraish
Shihab dan Ibn Katsir tentang khusyu’ terkait Q.S Al-Baqarah 2: 45 dan Q.S Al-
Mu’minun Ayat 23: 2.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan
data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu kitab Tafsir Al-
Misbah dan kitab Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhiim. Sedangkan data sekunder yaitu buku-
buku, tafsir, dan jurnal yang memiliki kesesuaian dengan pembahasan skripsi ini.
Dalam kajian ini, penelitian bersifat kepustakaan (library research), untuk menjawab
bagaimana penafsiran khusyu’ terkait Q.S Al-Baqarah [2]: 45 dan Q.S Al-Muminun
[23]: 2 menurut M. Quraish Shihab dan Ibn Katsir. Untuk mencapai tujuan yang
dikemukakan, maka sumber data diperoleh melalui kitab-kitab, buku-buku, dan
literatur atau kajian pustaka yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
Setelah terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengkajian penafsiran
kedua mufasir kemudian dianalisis.
Berdasarkan pada analisis yang dilakukan, maka peneliti menyimpulkan
bahwa: 1) Penafsiran Quraish Shihab tentang khusyu’ yang dimaksud adalah diam,
rasa takut jangan sampai salat yang dilakukannya tertolak. Rasa takut itu bercampur
dengan kesigapan dan kerendahan hati. Sedangkan khusyu’ dalam penafsiran Ibn
Katsir ialah orang-orang yang rendah diri, tunduk, patuh, taat kepada-Nya, takut
kepada pembalasan-Nya, serta percaya kepada janji dan ancaman-Nya. Khusyu’
artinya khusyu’ hati. Ketenangan hati membuat mereka menundukkan pandangan dan
merendahkan dirinya. Ayat ini tidak membatasi kekhusyu’an hanya dalam salat,
tetapi menyangkut segala aktivitas manusia. 2) Keduanya sama-sama berpendapat
bahwa Q.S Al-Baqarah ayat 45 ditujukan kepada orang Yahudi dan selain mereka.
Keduanya juga berbeda dalam menfsirkan khusyu’. Quraish Shihab menafsirkan
ikhasya’a dari segi bahasa berarti diam dan tenang. Sedangkan Ibn Katsir berpendapat
khusyu' yaitu takut lagi tenang, rendah diri, tunduk, patuh, taat kepada-Nya, takut
kepada pembalasan-Nya, serta percaya kepada janji dan ancaman-Nya.