Abstract:
Muhammad Irfan 22341027. Penelitian ini mengkaji pelibatan
generasi digital native dalam internalisasi nilai-nilai
moderasi beragama di Masjid Kapal Munzalan. Fenomena
ini menjadi relevan di tengah disrupsi digital yang
mengubah lanskap dakwah dan kebutuhan adaptasi pesan
keagamaan untuk generasi muda. Menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan model interaktif Miles dan
Huberman, data dikumpulkan melalui wawancara
mendalam, observasi, dan analisis dokumen, serta divalidasi
dengan triangulasi dan member check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan digital native
didorong oleh kebutuhan adaptasi dakwah ke ruang digital,
kesesuaian karakter digital native sebagai generasi kreatif, serta
dukungan dari visi kelembagaan Masjid yang progresif. Faktor
pendukung utama mencakup antusiasme digital native, ketersediaan
infrastruktur digital, dan keterbukaan pengurus Masjid terhadap
inovasi. Meski demikian, pelaksanaan program menghadapi
tantangan berupa keterbatasan sumber daya manusia, keberagaman
tingkat literasi digital, serta dinamika audiens digital yang fluktuatif.
Konsep pelibatan dibangun atas dasar pendekatan co-creation dan
empowerment, dengan mengintegrasikan dakwah bil hal, bil lisan,
dan bil qalam secara adaptif. Implementasinya diwujudkan dalam
berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan
grup komunikasi WhatsApp, di mana digital native berperan sebagai
kreator konten, penyampai pesan, sekaligus penggerak dalam
dakwah digital.
Dampak pelibatan ini bersifat positif dan multidimensional.
Pada digital native yang terlibat aktif, terjadi peningkatan
pemahaman Islam wasathiyah, perubahan sikap menjadi lebih kritis
dan toleran, serta transformasi menjadi agen penyebar moderasi.
Bagi audiens, dampaknya berupa peningkatan akses dan literasi
keagamaan, serta pola diskusi yang lebih reflektif. Di tingkat
xi
masyarakat luas, program ini berkontribusi pada peningkatan
kerukunan lintas identitas, citra positif Masjid, dan partisipasi sosial
yang inklusif. Temuan ini mengembangkan teori Generasi,
Komunikasi Media Baru, Partisipasi, Konstruksi Sosial, dan
Fungsionalisme Struktural dalam konteks dakwah digital. Secara
praktis, penelitian ini menawarkan panduan bagi institusi
keagamaan dan pembuat kebijakan dalam merancang program nilai
moderasi beragama yang efektif dan relevan bagi generasi digital.