Abstract:
RETIA. Hubungan Orang Tua Dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk Membangun Kesadaran Inklusif Beragama Pada Anak Kelas V Di SD Negeri 26 Pontianak Tenggara. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi (FTIK). Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2025
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang terjadi pada sekolah SD Negeri 26 Pontianak Tenggara. Dimana hubungan orang tua dan guru telah membangun sifat inklusif berupa Kerjasama, peserta didik yang berbeda latar belakang suku,ras agama dan berbeda kemampuan serta kebutuhan belajarnya. Untuk mempersiapkan peserta didik dapat hidup berdampingan dan perdamaian. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Pola hubungan fungsional orang tua dan guru Pendidikan agama islam (PAI) untuk membangun kesadaran beragama inklusif pada anak. 2) Hasil kerjasama orang tua dan guru Pendidikan agama islam (PAI) untuk membangun kesadaran beragama inklusif pada anak. 3) Faktor pendukung & penghambat orang tua dan guru Pendidikan agama islam (PAI) untuk membangun kesadaran inklusif beragama pada anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data ialah guru Pendidikan agama islam ((PAI), orang tua, kepala sekolah, petugas TU dan siswa. Data sekunder yaitu dokumentasi dan surat pertemuan orang tua dan guru sebagai penunjang penelitian ini. Data dikumpulkan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses kerjanya adalah redukasi data (data reduction),display data,conclusion drawing/verification. Dengan data disahkan melalui triangulasi dan referensi. Yang dipaparkan secara sistematis, faktual dan kontekstual.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan hubungan fungsional antara orang tua dan guru dalam bentuk seperti pertemuan rutin, komunikasi yang efektif,menghargai perbedaan yang ada, pembinaan karakter melalui kegiatan keagamaan dan evaluasi Bersama, menjadi kunci keberhasilan implementasi Pendidikan inklusif. Faktor pendukung mencakup keterlibatan aktif orang tua, dialog terbuka,pengetahuan dan keterampilan,sikap nilai kepribadian guru dan lingkungan sekolah yang kondusif. Faktor penghambat seperti keterbatasan waktu,komunikasi yang kurang optimal,kurangnya perhatian dan pengetahuan dan perbedaan latar belakang siswa juga mempengaruhi upaya ini. Telah terjadi hubungan yang harmonis dalam membangun kesadaran inklusif berupa Kerjasama,turut serta dalam kegiatan,evaluasi Bersama,saling memberikan dukungan materi tentang inklusif,yang ditandai untuk mencapai tujuan Bersama.