Abstract:
M.RUSLAN AL ULUM (2022) Resepsi Dan Resiliensi Surau Sebagai Institusi
Pendidikan Non Formal Masyarakat Muslim-Madura Di Siantan. Tesis: ke Program Studi
Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pontianak, 2024.
Latar belakang penelitian ini adalah dikarenakan adanya keunikan pada surau AsSalam sebagai lembaga pendidikan non formal yang diresepsi dan diresiliensi oleh
masyarakat Muslim-Madura di Siantan. Ia dapat bertahan di tengah modernisasi
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana masyarakat MuslimMadura di Siantan meresepsi surau sebagai lembaga pendidikan nonformal? (2) Bagaimana
resiliensi surau sebagai institusi pendidikan nonformal masyarakat Muslim-Madura di
Siantan?
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, mengacu pada penggunaan pada dua teori: (1) Teori resepsi
Stuart Hall untuk melihat resepsi surau; (2) Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons
untuk melihat resiliensi surau. Setting penelitian ini dilakukan di Gang Melati 1, Dharma
Putra Dalam, Pontianak Utara. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan fokus
penelitian, peneliti memilih teknik observasi, diperkuat dengan wawancara dan
dokumentasi dalam pengumpulan data. Untuk teknik analisis data peneliti menggunakan
empat teknik, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah
memperpanjang masa observasi, pengamatan terus-menerus, membercheck dan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa surau dapat
diterima dan bertahan sebagai lembaga pendidikan non formal pada kecenderungan
masyarakat Muslim-Madura di Siantan. Resepsi masyarakat Muslim-Madura terhadap
surau berada pada tiga: (1) posisi hegemoni dominan, masyarakat Muslim-Madura
menerima sebutan surau sebagai tempat ibadah dan shalat; (2) posisi negosiasi, surau
diterima karena fungsinya relatif sama dengan langgar sebagai tempat pendidikan dan legal
kuasa; dan (3) posisi oposisi, adanya penyesuaian-penyesuaian makna antara surau dan
langgar. Sementara resiliesnsi surau disebabkan oleh empat faktor: (1) Adaptasi. Surau
mampu memaksimalkan potensinya untuk dapat bertahan. Kapasitas dan kualitas guru
ngaji di surau berperan penting dalam hal ini; (2) Pencapaian Tujuan. Surau memiliki
tujuan untuk dapat mengantarkan anak-anak Muslim-Madura melek Al-Qur’an dan hal ini
sejalan dengan tujuan masyarakat Muslim-Madura menitipkan anak-anak mereka ke surau;
(3) Integrasi. Surau mampu mengkordinir masyarakat Muslim-Madura untuk berperan aktif
menjaga surau. Seperti masyarakat Muslim-Madura ikut berpartisipasi tenaga dan dana
dalam kegiatan di surau; (4) Pemeliharaan Pola. Surau mampu mempertahankan dan
memilihara pola-pola yang sedang berjalan dalam sistem masyarakat Muslim-Madura di
Siantan. Seperti orang tua tetap mau mengantarkan anak-anak mereka ke surau untuk
belajar ngaji.