Abstract:
MELDA AMANDA, Potensi Nilai-Nilai Tradisi Saprahan Muslim-Melayu Sambas Di Desa Merabuan Sebagai Sumber Belajar Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2024.
Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendeskripsikan prosesi tradisi Saprahan di desa Merabuan; 2) untuk mendeskripsikan kandungan nilai-nilai dalam tradisi Saprahan Muslim-Melayu Sambas di Desa Merabuan. 3) untuk mendeskripsikan tradisi Saprahan Muslim-Melayu Sambas di Desa Merabuan Sebagai Sumber Belajar Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Lokasi penelitian ini adalah di Desa Merabuan. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh agama, tokoh adat, sesepuh, tokoh masyarakat, guru Pendidikan Agama Islam, tuan rumah yang menyelenggaran acara dengan menerapkan tradisi Saprahan. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu member check, dan triangulasi.
Hasil Penelitian ini adalah: 1) Prosesi tradisi Saprahan meliputi persiapan pelaksanaan acara yang terbagi menjadi dua yaitu tahapan pelaksanaan dalam acara kecil seperti ruwahan dimulai dari musyawarah, Bepinjam (mempersiapkan kayu bakar), hari mumbu (hari membuat bumbu masakan), hari kacik (kecil), hari besar, mulangkan pinggan mangkok (mengembalikan peralatan Saprahan). Tahapan pelaksanaan dalam acara besar seperti pernikahan dimulai dari musyawarah, Bepinjam (mempersiapkan kayu bakar), Ngunjam tarup (membuat tenda), hari mumbu (hari membuat bumbu masakan), hari kacik (kecil), hari besar, dan mulangkan pinggan mangkok (mengembalikan peralatan Saprahan). Tahapan inti dalam tradisi Saprahan adalah makan bersama dengan duduk melingkar dilantai yang terdiri dari 6 orang. Tahapan penutupan acara dalam tradisi Saprahan ditandai dengan Bebasuk (mencuci peralatan Saprahan) dan Mulangkan Pinggan Mangkok (mengembalikan peralatan Saprahan). 2) Dalam tradisi Saprahan terdapat kandungan nilai-nilai yaitu nilai silaturahmi, nilai musyawarah, nilai gotong royong, nilai tanggung jawab, nilai ikhlas, dan nilai memuliakan tamu. 3) Tradisi Saprahan berpotensi sebagai sumber belajar Pendidikan Agama Islam karena mengandung unsur- unsur yaitu pesan, orang,alat,dan lingkungan serta mempunyai nilai-nilai yang berhubungan dengan ajaran Islam yaitu nilai silaturahmi, nilai musyawarah, nilai gotong royong, nilai tanggung jawab, nilai ikhlas, dan nilai memuliakan tamu.