Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan : (1) Mengetahui sistematika
Penyajian Penafsiran Terbentuknya Langit dan Bumi dalam Tafsir AlJawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Tantawi Jawhari. (2)
Mengetahui Terbentuknya Langit dan Bumi dalam Tafsir Al-Jawahir fi Tafsir
Al-Qur’an Al-Karim Karya Tantawi Jawhari dan Korelasinya dengan Teori
Sains.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analisis. Sumber data penelitian ini merupakan teknik
pengumpulan data dokumentasi yakni Tafsir Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an
Al-Karim.
Hasil penelitian ini memaparkan : 1) Bagimana sistematika Penyajian
Penafsiran Terbentuknya Langit dan Bumi dalam Tafsir Al-Jawahir fi Tafsir
Al-Qur’an Al-Karim Karya Tantawi Jawhari. Penafsiran dimulai dengan
memberikan ikhtisar tentang maksud-maksud Maqa>s}id dari surah yang akan
ditafsirkan. Menjelaskan lafaz tafsir lafzi atau memberikan ringkasa tentang
kosakata, struktur bahasa dan tata bahasa dari setiap kelompok ayat
berdasarkan maqasid. menggunakan pendekatan ilmiah dalam menafsirkan
ayat, yang ia sebut sebagai Lataif at-tafsir atau Al-Jawahir. 2) Dalam bidang
astronomi, terdapat perspektif ilmiah tentang alam semesta yang
dikemukakan oleh Stephen Hawking. Hawking menjelaskan tentang
terbentuknya jagat raya, yang mencakup langit dan bumi, melalui sembilan
periode yang berbeda. Namun, Achmad Marconi, seorang astronom pada
tahun 2003, mengajukan pandangan yang lebih ringkas dengan
menggabungkan periode I dan II dari teori Hawking menjadi satu periode,
yang dikenal sebagai masa ketiga. Tantawi Jawhari Dalam penafsirannya,
juga menyertakan argumennya yang didasarkan pada pengetahuan falak
(astronomi). konsep sittati ayyam yang menjelaskan tahapan terbentuknya
alam semesta. Tahapan tersebut mencakup penciptaan matahari sebagai
langkah pertama, diikuti oleh penciptaan bumi sebagai langkah kedua,
kemudian diikuti oleh penciptaan air sebagai langkah ketiga. Tahapan
berikutnya mencakup penciptaan tumbuh-tumbuhan sebagai langkah
keempat, diikuti oleh penciptaan hewan sebagai langkah kelima, dan
akhirnya, manusia sebagai langkah keenam dalam penciptaan alam semesta.