Abstract:
Penelitian ini dilatar belakangi bahwa dinamika pembelajaran tatap muka
terbatas dapat mempengaruhi efektivitas belajar, yang mungkin belum diketahui.
Peneliti mengetahui bahwa belum ada penelitian yang melakukan pengukuran
terhadap efektivitas pembelajaran tatap muka terbatas pada tingkatan Taman
Kanak-Kanak (TK) khususnya di kota Pontianak.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis efektivitas
pembelajaran tatap muka terbatas terhadap perkembangan aspek nilai agama dan
moral anak usia dini di TK se-kota Pontianak tahun pelajaran 2021/2022. 2) Untuk
mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru selama pembelajaran tatap muka
terbatas pada aspek perkembangan nilai agama dan moral di TK se-kota Pontianak
tahun pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods dengan jenis
penelitian survey. Populasi dari penelitian ini adalah 30 TK se-kota Pontianak yang
tersebar di enam kecamatan Pontianak. Sampel penelitian ini menggunakan teknik
proportionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian untuk pengambilan
data menggunakan lembar kuesioner, pedoman wawancara dan dokumentasi.
Sebelum instrumen digunakan, dilakukan uji validitas dengan menggunakan
validitas isi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan hasil kuesioner
persepsi guru yang dikonversikan ke nilai persepsi interval Keefektifan Proses
Pembelajaran, maka didapatkan nilai sebesar 3,12 yaitu memiliki makna bahwa
efektivitas pembelajaran tatap muka terbatas terhadap perkembangan anak usia dini
pada aspek nilai agama dan moral berada pada kategori Efektif. 2) Berdasarkan
hasil wawancara ditemukan kendala yang dihadapi guru selama pembelajaran tatap
muka terbatas terhadap aspek perkembangan nilai agama dan moral di sekolah
adalah keterbatasan waktu, hal tersebut menyebabkan harus menyedikitkan jumlah
doa-doa pendek dan juga tidak bisa mengajarkannya berulang-ulang, tidak bisa
praktek beribadah langsung di tempat beribadah, kurangnya sentuhan dengan anak
karena harus menjaga jarak.