Abstract:
Latar belakangnya diangkatnya penelitian ini didasarkan pada
pengamatan awal peneliti terhadap film yang saat ini banyak mempresentasikan
muslimah. Dengan melihat hal tersebut sebagai mahasiswa Program Studi
Komunikasi harus pandai menilai representasi perempuan seperti apa yang telah
disuguhkan dalam film. Apakah media menampilkan representasi muslimah
sesuai Al-Quran dan Hadist atau hanya menampilkan representasi muslimah
sesuai keinginan media seolah-olah adalah representasi yang sesungguhnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi muslimah dalam film
Layla Majnun.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode
Semiotika Roland Barthes dengan mencari makna denotasi, konotasi dan mitos
yang terdapat pada tokoh Layla dalam Film Layla Majnun. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Pembahasannya
dianalisis melalui analisis data kualitatif dan semiotika Roland Barthes secara
denotasi, konotasi dan mitos.
Berdasarkan data-data yang telah peneliti paparkan dan yang telah
dibahas menggunakan teori Semiotik Roland Barthes maka dapat disimpulkan
bahwa Representasi Muslimah dalam film Layla Majnun yang disampaikan
melalui tokoh Layla, diantaranya: makna denotasi adalah penjelasan mengenai
gambar-gambar scene yang berkaitan dengan representasi muslimah,
diantaranya: Salimul Aqidah (Memiliki Aqidah), Sahihul Ibadah (Ibadah yang
Benar), Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh), Qowiyyul Jismi (Kekuatan
Jasmani), Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam Berpikir), Mujahadatul Linafsihi
(Berjuang Melawan Hawa Nafsu), Harishun Ala Waqtihi (Pandai Menjaga
Waktu), Munazhzhamun fi Syuunihi (Profesional), Qodirun Alal Kasbi
(Mandiri), Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat Bagi Orang Lain). Makna konotasi
menjelaskan bagaimana seorang muslimah berjuang untuk dirinya agar
mendapatkan haknya. Bukti scene menunjukan ketika Layla memperjuangkan
takdir baiknya yang akhirnya menolak lamaran Ifnu dan memilih Samir, Layla
membuktikan bahwa pemahaman pernikahan diartikan secara dangkal sehingga
dengan menjodohkan anak dapat menyelesaikan masalah. Makna mitos adalah
orang tua kadang menikahkan anaknya dengan yang terbaik menurutnya karena
mengikuti hawa nafsu tanpa memikirkan perasaan anak itu sendiri.