Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengertian 2) Asal-usul 3)
Orang yang diikutsertakan 4) Peralatan yang digunakan 5) Makna dari simbol
peralatan yang digunakan 6) Prosesi pelaksanaan dan 7) Nilai-nilai pendidikan
Islam yang terdapat dalam tradisi Naikkan Tulang Bumbongan di Desa Seranggam
Kecamatan Selakau Timur Kabupaten Sambas.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode etnografi.
Sumber penelitian yang digunakan yaitu sumber primer dan sekunder. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Tradisi naikkan tulang
bumbongan adalah suatu kebiasaan menaikkan tulang bumbongan ke tengah-tengah
atas rumah dilakukan oleh masyarakat desa Seranggam saat membangun rumah
sebagai bentuk penghormatan dan rasa terimakasih kepada Allah Swt, 2) Naikkan
tulang bumbongan di desa Seranggam diadakan sejak desa Seranggam dibuka yaitu
pada tahun 1912, 3) Orang yang diikutsertakan adalah tuan rumah, pemuka agama,
pemuka masyarakat, sesepuh, tukang bangunan, dan masyarakat sekitar, 4)
Peralatan yang digunakan adalah Palu, Gergaji, Paku, Papan, Balok dan Pahat.
Bahan yang digantungkan pada tulang bumbongan yaitu Tebu, daun Kelapa, dan
Pisang. Sedangkan Kasai Langgir, mangkok putih atau tempurung Kelapa, daun
Juang, daun Mali, daun Ribu sebagai bahan bepapas. Ketupat, dan Apam sebagai
kudapan, 5) Makna dari peralatan yang digunakan adalah Tebu menggambarkan
kehidupan yang manis. Daun kelapa melambangkan kesejukan dan juga
kebermanfaatan tuan rumah untuk orang lain. Pisang diumpamakan kemudahan
mendapat rezeki. Kasai Langgir mensucikan. Daun Juang mencirikan berjuang
hidup. Daun Mali sebagai penangkal atau penolak bala dan gangguan mahluk halus.
Daun Ribu diyakini dapat menghilangkan beribu penyakit dan masalah. Ketupat
melambangkan keserasian dan kolaborasi kehidupan walau masalah berbelit-belit
dapat diatasi. Kue Apam melambangkan rezeki yang selalu berkembang, 6) Prosesi
pelaksanaan tradisi dimulai dari persiapan, yaitu menentukan waktu, mengundang
masyarakat, dan menyiapkan peralatan, pada kegiatan inti menaikan tulang
bumbongan dan membacakan shalawat serta doa-doa, penutup yakni menikmati
hidangan berupa apam, ketupat dan nasi jika ada, 7) Nilai-nilai pendidikan Islam
dalam tradisi Naikkan Tulang Bumbongan adalah syukur, silaturahmi, gotong-
royong, permufakatan, saling kenal (ta‟aruf), kepedulian, penghargaan (apresiasi)
dan kasih sayang (ar-rahmah).