TRADISI NAIKKAN TULANG BUMBONGAN PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAMDI DESA SERANGGAM KECAMATAN SELAKAU TIMUR KABUPATEN SAMBAS

Show simple item record

dc.contributor.advisor Erwin
dc.contributor.advisor Aditya, Farninda
dc.contributor.author YUNIARTI
dc.date.accessioned 2023-01-26T04:13:04Z
dc.date.available 2023-01-26T04:13:04Z
dc.date.issued 2021-03
dc.identifier.uri https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/handle/123456789/2276
dc.description.abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengertian 2) Asal-usul 3) Orang yang diikutsertakan 4) Peralatan yang digunakan 5) Makna dari simbol peralatan yang digunakan 6) Prosesi pelaksanaan dan 7) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi Naikkan Tulang Bumbongan di Desa Seranggam Kecamatan Selakau Timur Kabupaten Sambas. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Sumber penelitian yang digunakan yaitu sumber primer dan sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Tradisi naikkan tulang bumbongan adalah suatu kebiasaan menaikkan tulang bumbongan ke tengah-tengah atas rumah dilakukan oleh masyarakat desa Seranggam saat membangun rumah sebagai bentuk penghormatan dan rasa terimakasih kepada Allah Swt, 2) Naikkan tulang bumbongan di desa Seranggam diadakan sejak desa Seranggam dibuka yaitu pada tahun 1912, 3) Orang yang diikutsertakan adalah tuan rumah, pemuka agama, pemuka masyarakat, sesepuh, tukang bangunan, dan masyarakat sekitar, 4) Peralatan yang digunakan adalah Palu, Gergaji, Paku, Papan, Balok dan Pahat. Bahan yang digantungkan pada tulang bumbongan yaitu Tebu, daun Kelapa, dan Pisang. Sedangkan Kasai Langgir, mangkok putih atau tempurung Kelapa, daun Juang, daun Mali, daun Ribu sebagai bahan bepapas. Ketupat, dan Apam sebagai kudapan, 5) Makna dari peralatan yang digunakan adalah Tebu menggambarkan kehidupan yang manis. Daun kelapa melambangkan kesejukan dan juga kebermanfaatan tuan rumah untuk orang lain. Pisang diumpamakan kemudahan mendapat rezeki. Kasai Langgir mensucikan. Daun Juang mencirikan berjuang hidup. Daun Mali sebagai penangkal atau penolak bala dan gangguan mahluk halus. Daun Ribu diyakini dapat menghilangkan beribu penyakit dan masalah. Ketupat melambangkan keserasian dan kolaborasi kehidupan walau masalah berbelit-belit dapat diatasi. Kue Apam melambangkan rezeki yang selalu berkembang, 6) Prosesi pelaksanaan tradisi dimulai dari persiapan, yaitu menentukan waktu, mengundang masyarakat, dan menyiapkan peralatan, pada kegiatan inti menaikan tulang bumbongan dan membacakan shalawat serta doa-doa, penutup yakni menikmati hidangan berupa apam, ketupat dan nasi jika ada, 7) Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Naikkan Tulang Bumbongan adalah syukur, silaturahmi, gotong- royong, permufakatan, saling kenal (ta‟aruf), kepedulian, penghargaan (apresiasi) dan kasih sayang (ar-rahmah). en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher IAIN PONTIANAK en_US
dc.subject Tradisi Naikkan Tulang Bumbongan en_US
dc.subject Pendidikan Islam en_US
dc.title TRADISI NAIKKAN TULANG BUMBONGAN PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAMDI DESA SERANGGAM KECAMATAN SELAKAU TIMUR KABUPATEN SAMBAS en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search


Advanced Search

Browse

My Account