Abstract:
Secara umum penelitian ini bertujian untuk menguraikan
problematika yang dihadapi oleh muallaf narapidana muallaf dan untuk
mendeskripsikan: Latar Belakang Muallaf masuk Islam, Problematika yang
dihadapi Muallaf ketika masuk Islam, Problematika yang dihadapi Muallaf
dengan status sebagai Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas II A Pontianak dan Proses Konseling di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II A Pontianak.
Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dan
metode deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara kepada narapidana muallaf dan Kepala
Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Keperawatan Lembaga
Pemasyarakatan, kemudian melakukan observasi langsung ke lokasi
penelitian, kemudian peneliti melakukan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang narapidana
muallaf masuk Islam dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Secara internal ada
dua hal, yaitu faktor kemauan dan faktor pertentangan batin, sedangkan
secara eksternal ada tiga hal yaitu faktor keluarga, faktor perubahan status,
dan faktor lingkungan dan tempat tinggal. 2) Problematika yang dihadapi
ketika menjadi seorang muallaf ialah kesulitan dalam mengatasi penyesuaian
gaya hidup yang baru, tatacara dan pelaksanaan beribadah, mendapat respon
kurang baik dari pihak keluarga dan tetangga, dan memiliki teman yang
berusaha untuk menarik kembali ke agama lama. 3) Problematika yang
dihadapi setelah menjadi muallaaf dan sekaligus menyandang status sebagai
seorang narapidana adalah merasa dipaksa sehingga terpaksa melakukan
ibadah, merasa tertekan karena butuh penyesuaian terhadap lingkungan yang
baru, merasa adanya hubungan social yang tidak sehat terhadap sesama warga
binaan, ekonomi mengalami penurunan, mengalami beban perasaan yang
hebat karena terpisah jarak dengan keluarga, keterbatasan yang dialami
membuat muallaf merasa membutuhkan pembinaan secara spesifik, dan
merasa risih karena selalu dipengaruhi teman untuk kembali ke agama
lamanya. 4) Proses konseling oleh tenaga profesional di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Pontianak faktanya belum pernah ada,
yang ada hanya pembinaan-pembinaan itupun belum berjalan secara efektif.