| dc.description.abstract |
UMI KHOERUNISA (12101030) Penanaman Nilai-Nilai Kebhinekaan Melalui Pendidikan Agama: Studi Kasus di SMAN 1 Silat Hilir. Skripsi: Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2025.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus diskriminasi dan perundungan yang sering terjadi di Indonesia karena perbedaan latar belakang. Contohnya peristiwa sampit, perundungan yang dialami siswa kelas dua SDN Jomin Barat 2 Cikampek pada tahun 2023 sebab berbeda keyakinan, dan perilaku siswa di SMAN 1 Silat Hilir yang masih membedakan teman berdasarkan latar belakang suku saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pendidikan agama dapat menjadi salah satu sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebhinekaan dan mencegah perilaku-perilaku tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanaman nilai-nilai kebhinekaan di SMAN 1 Silat Hilir melalui: 1) guru Pendidikan Agama Islam; 2) guru Pendidikan Agama Katholik; 3) guru Pendidikan Agama Kristen; 4) faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara semi terstruktur, observasi non partisipan, dan dokumentasi. Tahap analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data dan sumber data, serta member check.
Berdasarkan data pembahasan, penanaman nilai-nilai kebhinekaan di SMAN 1 Silat Hilir melalui 1) guru pendidikan agama Islam, 2) guru pendidikan agama Katholik, 3) guru pendidikan agama Kristen dilakukan melalui dua langkah yaitu: a) melalui pembelajaran pendidikan agama di kelas seperti; melakukan integrasi nilai kebhinekaan pada setiap materi pelajaran agama, menggunakan pendekatan kontekstual dalam menyampaikan materi pelajaran (guru PAI tidak menggunakan ini), dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif. b) melalui kegiatan di sekolah seperti; kegiatan kokurikuler, pembiasaan dalam membentuk budaya religius dan nonreligius, serta program pendukung. Kemudian dalam berinteraksi sosial siswa juga sudah mulai menunjukan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kebhinekaan dan merespon dengan baik apabila terdapat konten di media sosial yang berunsur intoleran. Dampak terhadap sikap, perilaku, pola pikir, dan cara mereka berkomunikasi juga sudah mulai menunjukan perkembangan positif, namun masih ada beberapa siswa Islam yang kurang toleran pada awal masa studi, tetapi dapat diminimalisir seiring berjalanya waktu. 4) faktor pendukungnya terbagi menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal sekolah, sedangkan faktor penghambatnya juga terdiri dari faktor internal dan eksternal. |
en_US |