Abstract:
Buku Sufi Milenial Ketiga merupakan saripati dari banyak
diskusi di dalam dan di luar kampus. Kota-desa, bibir
pantai dan tepian sungai, tepi jalan dan di warung kopi,
rumah dari si-miskin papa sampai masjid raya, bukan halangan
untuk mempercakapkan bincang tasawuf. Tak terpisahkan lagi
antara syariat dan hakikat, ibarat kulit dengan daging. Namun
jika terhenti pada kulit dan daging. Masih menjadi kulit dan dag
ing, tentu belum sampai kepada Allah (wushulillah). Orang yang
telah sampai kepada-Nya disebut washil. Tetapi belum washil jika
disebut washil. Sebutan washil hanya istilah syariat dan hakikat
saja. Tembuskan lagi, sampai di atas ilmu segala ilmu dan di atas
semua amal. Saat Dia bukan syariat dan Dia bukan hakikat. Bu
kan bersyariat kepada Imam Syafi’i, dan bukan berhakikat kepa
da Imam Ghazali. Bukan berfilsafat kepada Alkindi, dan bukan
bertasawuf berdasarkan pendapat Aljilli. Bukan Rumi, bukan
Ibnu Arabi. Penulis sendiri berusaha untuk keluar dari frame
work yang dibuat, namun mencari jati diri sejati (one is one).
Al Faqir Ma’ruf Zahran
| iii
Buku ini dihadirkan untuk berbagi kepada generasi, kare
na banyak pertanyaan. Mungkinkah kami yang lahir di awal abad
21 dapat menjadi sufi di milenial ketiga (2000-3000 M) dan sang
gup menanggung beban psikologis sebagai generasi milenial?
Buku ini tidak ingin menjawabnya, namun silakan berselancar
pada pilihan menu daftar isi buku. Buku ini ingin mengisi ruang
kosong dahaga spiritual anak zaman, lalu memberi air kesejukan
guna melanjutkan pendakian gunung ketuhanan. Tidaklah salah
untuk memberi mutiara yang aku dapat, semoga ada yang mener
ima. Bahwa ide, pikiran mampu menembus sekat-sekat rabbani,
meski roh dijerat jasad, dan jasmani memenjara rohani. Bisakah
orang yang sedang salat berjamaah di masjid, keluar dari mas
jid? Mampukah jamaah yang berada dalam halaqah keluar dari
halaqah? Sanggupkah sufi dan salik saat berada dalam zawiyah,
kemudian tembus dan pergi dari status kesufian? Lalu menjadi
bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa. Bukan ahli masjid, bukan
ahli ilmu, bukan sufi. Masjid, ilmu, sufi adalah makhluk. Sifat
makhluk adalah zat yang mati (kaunuhu mayyitan). Temukan jalan
jawaban, namun buku ini bukan jawaban. Carilah sendiri Tuhan,
sampai menemukan-Nya.