KHULU’ PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN HAMBALI SERTA RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Show simple item record

dc.contributor.advisor Ma'u, Dahlia Haliah
dc.contributor.advisor Fadhil, Moh
dc.contributor.advisor Marluwi, Marluwi
dc.contributor.advisor Hakim, Muhammad Lutfi
dc.contributor.author Gunawan, Muhammad Very
dc.date.accessioned 2025-09-25T03:44:34Z
dc.date.available 2025-09-25T03:44:34Z
dc.date.issued 2025-07-08
dc.identifier.citation APA (American Psychological Association) en_US
dc.identifier.uri https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/handle/123456789/7713
dc.description.abstract Muhammad Very Gunawan, “Khulu’ Perspektif Mazhab Syafi’i dan Hambali serta Relevansinya dengan Kompilasi Hukum Islam”. Fakultas Syariah, Prodi Studi Hukum Keluarga Islam (HKI), Institut Agama Islam Negeri Pontianak, 2025. Ada tiga tujuan dalam penelitian ini. Pertama, Untuk mengetahui konsep khulu’ (gugat ceri) dalam hukum Islam. Kedua, Untuk mengetahui konsep khulu’ menurut mazhab Syafi’i dan Hambali. Ketiga, Untuk mengetahui relevansi konsep khulu’ dalam pendapat mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali dengan Kompilasi Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis riset kepustakaan (library research). Sumber data dalam penelitian ini adalah Al Umm, Al-Muqni, Fiqhu As Sunnah, Bidāyatul Mujtahid, Fiqih Empat Madzhab untuk menelusuri pendapat mazhab Syafi’i dan Hambali, dan Kompilasi Hukum Islam, sedangkan sumber sekundernya diambil dari sejumlah karya ilmiah yang sesuai dengan fokus penelitian. Data yang terkumpul dianalisis secara komperatif dan dianalisis menggunakan data kualitatif. Ada tiga hasil penelitian dalam skripsi ini. Pertama, khulu’ dalam hukum islam adalah perceraian yang di inisiasi oleh istri yang disertai dengan sejumlah iwad sebagai kompensasi untuk melepaskan diriya dari ikatan pernikahan. Kedua, mazhab Syafi’i menganggap khulu’ sebagai talak sedangkan mazhab Hambali menganggap sebagai fasak. perbedaan kedua pendapat ini berimplikasi kepada kemungkinan masa iddah dan rujuk kembali. Jika menggunakan mazhab Syafi’i, maka suami masih bisa rujuk kembali selama masa iddah, jika menggunakan mazhab Hambali, maka suami tidak perlu menunggu masa iddah istri dan melakukan akad yang baru. Ketiga, konsep khulu dalam mazhab Syafi’i lebih relevan dengan Pasal 119 Kompilasi Hukum Islam. Namun, mantan suami tidak boleh rujuk dengan mantan istirinya kecuali melalui akad nikah baru meskipun dalam masa iddah. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher IAIN Pontianak en_US
dc.subject Khulu’ en_US
dc.subject Mazhab Syafi’i en_US
dc.subject Mazhab Hambali en_US
dc.subject Kompilasi Hukum Islam en_US
dc.title KHULU’ PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN HAMBALI SERTA RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search


Advanced Search

Browse

My Account