Abstract:
MISNATI 12005039. Pola Komunikasi Organisasi Pengurus Majelis Ta’lim MiftahulKhoirot Dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Di Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya. Fakultas Ushuluddin adab dan dakwah prodi komunikasi dan penyiaran islam institute agama islam negeri pontianak 2025.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Komunikasi Organisasi Pengurus Majelis Ta’lim Miftahul Khoirat Dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Bakti Suci 1 Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya.
Penelitian ini termasuk penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer berupa hasil wawancara, observasi serta dokumentasi dari kegiatan pengurus Majelis Ta’lim Miftahul Khoirat dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan masyarakat bakti suci satu. Sedangkan sumber data skundernya adalah perpustakaan yang mempunyai relevansi untuk menunjang penelitian ini, baik berupa buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan judul. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dari kegiatan pengurus Majelis Ta’lim dalam melaksanakan pembinaan keagamaan masyarakat bakti suci satu. Sedangkan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data serta verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 1) ada 3 bentuk pola komunikasi yang di gunakan Pertama Pola komunikasi digunakan oleh pengurus Majelis Ta’lim Miftahul Khoirat ketika persiapan dan penentuan waktu dan tempat rapat dari ketua kepada salah satu anggotanya Kedua pola komunikasi lingkaran pola komunikasi ini digunakan ketika dalam forum rapat. Ketiga yaitu pola komunikasi roda merupakan pola yang berfokus kepada seorang pemimpin yang langsung disampaikan pada anggota dalam organisasi tersebut. Pola komunikasi ini digunakan oleh pengurus Majelis Ta’lim Miftahul Khoirat ketika dalam rapat pada saat ketua memberikan keputusan rapat.
Faktor pendukung keterlibatan empat pengurus aktif diantara jumlah pengurus sepuluh orang, selanjutnya faktor penghambatnya partisipasi secara aktif dari pengurus hanya empat orang yang aktif sehingga kegiatan yang di rencanakan pada program menjadi terhambat.