Abstract:
Rachmad Aryanto. “Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengatasi Berita Hoax Melalui Literasi Digital Terhadap Siswa Kelas XII di MAN 1 Pontianak Tahun Pelajaran 2024/2025”. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2024.
Penelitian ini dilatarbelakangi dalam era digital yang semakin berkembang pesat, akses informasi menjadi semakin mudah. Namun, bersamaan dengan kemudahan tersebut, muncul pula tantangan baru dalam bentuk penyebaran berita palsu atau yang lebih dikenal sebagai "hoax". Hoax dapat merusak tatanan masyarakat dengan menyebarkan informasi yang salah, menyesatkan, bahkan berpotensi menciptakan konflik sosial dan kebingungan di kalangan masyarakat. Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui bagaimana guru aqidah akhlak berperan sebagai informator dalam mengatasi berita hoax melalui literasi digital , 2) Untuk mengetahui bagaimana guru aqidah akhlak berperan sebagai inspirator dalam mengatasi berita hoax melalui literasi digital, 3) Untuk mengetahui bagaimana guru aqidah akhlak berperan sebagai motivator dalam mengatasi berita hoax melalui literasi digital.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi penelitiannya di MAN 1 Pontianak. Sedangkan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Guru harus berperan sebagai informator, dalam konteks menghadapi tantangan modern seperti penyebaran berita hoax, guru harus membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup agar mereka dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah, serta memahami dampak dari penyalahgunaan teknologi. 2) Guru harus berperan sebagai inspirator yang memberikan contoh positif, membangun kesadaran kritis, dan menanamkan nilai-nilai Aqidah Akhlak pada siswa. Dalam menghadapi tantangan seperti penyebaran berita hoax, guru berperan dalam membimbing siswa agar mampu menganalisis informasi secara kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan. 3) Guru harus berperan sebagai motivator yang mendorong kreativitas dan kemandirian siswa. Guru harus mampu memberikan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang konstruktif untuk membantu siswa dalam mengembangkan kepercayaan diri, terutama dalam menghadapi informasi palsu atau hoax.