Abstract:
Penelitian ini berfokus pada Pola Komunikasi Antar Budaya di lingkungan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak dengan 3 sub fokus, (1) apa saja pola komunikasi antarbudaya di lingkungan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak, (2) apa saja faktor pendukung dan (3) apa saja faktor penghambat. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pola komunikasi antar budaya dilingkungan Ma’had Al-Jami’ah, (2) untuk mengetahui faktor pendukung dan (3) untuk mengetahui faktor penghambat.
Pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, sumber data penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan Mahasantri, terdapat 14 informan dari 7 Etnis, yaitu Etnis Melayu, Melayu Sambas, Jawa, Madura, Bugis, Batak dan Sunda. Teknik pengambilan data, yaitu teknik Purposiv Sampling dengan karakteristik: Mahasantri aktif Mahasantri semester 1 dan dua Mahasantri dari masing-masing Etnik. Sumber data skunder berupa data Ma’had. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi non-partisipan, Wawancara mendalam dan Dokumentasi. Alat pengumpulan: Catatan Lapangan, Kisi-kisi Penelitian, Pedoman Observasi, Pedoman wawancara, Handphone, Internet dan dokumen. Teknik analisis data yakni: mengumpulkan data, display data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, kesimpulan umum penelitian ini yaitu pola komunikasi antar budaya Mahasantri menggunakan 2 bentuk komunikasi, yaitu Komunikasi Verbal (penggunaan bahasa dan Non-verbal (senyuman dan ekspresi wajah). Sedangkan kesimpulan khhusus yaitu: (1) Terdapat 3 pola komunikasi Mahasantri, pola komunikasi Pasif (tertutup), pola komunikasi Pasif-agresif (tidak langsung) dan pola komunikasi Asertif (terbuka). (2) Faktor pendukung pola komunikasi yaitu: Mahasantri mampu mengambil perhatian, sikap toleransi, penyesuaian bahasa, etnis mayoritas, kontrol Emosional dan Etika pesantren, sedangkan dalam mengembangkan atau mempertahankannya dengan cara: memilih Topik pembicaraan sekitar atau yang sedang viral, menunjukkan sikap toleransi dan menunjukkan etika pesantren. (3) Faktor penghambat: perbedaan makna bahasa, bahasa daerah, adanya dominasi Etnis, perbedaan budaya dan keterbatasan waktu, cara Mahasantri meminimalisir hambatan yang ada, dengan penggunaan bahasa alternatif, menanyakan makna atau arti, penjelasan adanya perbedaan makna, alternatif waktu dan pengistilahan kata atau peragaan.