Abstract:
ERNA SARI (12013014), Tradisi Bunoh Tenong Di Dusun Belimbing Kecamatan Kuala Behe Kabupaten Landak: Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah (FUAD) Program Studi Studi Agama Agama (SAA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2024.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang: 1) Prosesi, makna dan respon masyarakat terhadap ritual Bunoh Tenong di Dusun Belimbing; 2) Bagaimana pola dan tahapan adaptasi pada masyarakat pendatang dan generasi baru dalam tradisi Bunoh Tenong, 3) Apasaja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tradisi Bunoh Tenong, 4) Dampak tradisi Bunoh Tenong bagi identitas keagamaan masyarakat di Dusun Belimbing.
Penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif yang di fokuskan pada pencarian korelasi antara adaptasi agama dan kepercayaan pada tradisi Bunoh Tenong di Dusun Belimbing. Teori adaptasi dan budaya yang dicetuskan oleh Soerjono Soekanto turut diaplikasikan dalam penelitian ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer didapatkan dari hasil wawancara terhadap Tokoh Adat, Aktivis, Kepala Dusun serta Masyarakat Dusun Belimbing dan melakukan observasi terhadap pelaksanaan tradisi Bunoh Tenong. Sumber data sekunder diperoleh dari buku, jurnal maupun dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Kemudian penelitian tersebut dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data, pemerikasaan keabsahan data dan penarikan kesimpulan hasil penelitian.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Prosesi Bunoh Tenong sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang Salimpat. Ritual ini diturunkan dari generasi ke generasi bermakna untuk menyembuhkan dan memberi semangat kepada orang yang sakit. Dengan membacakan mantra dan melakukan gerakan tertentu, pemamang berupaya untuk memberikan pengobatan, perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi semua peserta ritual. Selain itu, masyarakat Melayu di Dusun Belimbing memberikan respon yang sangat positif terhadap kehadiran ritual Bunoh Tenong, hal ini menunjukkan bahwa ritual tersebut justru membantu menyembuhkan dibandingkan menjerumuskan pada penyakit tertentu. Hal ini sejalan dengan teori adaptasi dan budaya yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa sesuatu yang diwariskan secara turun temurun telah menjadi norma yang berlaku di masyarakat dan selalu dipelihara. 2) Pola adaptasi yang terjadi ketika masyarakat pendatang dan generasi baru melakukan penyesuaian diri dengan budaya yang berbeda dengannya, untuk membuat dirinya nyaman. Tahapan adaptasi masyarakat Dusun Belimbing terkait tradisi Bunoh Tenong terdiri dari beberapa fase: fase honeymoon, yaitu proses adaptasi antara masyarakat pendatang dengan adat Bunoh Tenong; fase frustration, di mana masyarakat pendatang yang bermukim di Dusun Belimbing mulai merasa canggung dengan adat setempat; fase readjustment, di mana masyarakat pendatang telah berhasil memahami adat istiadat yang berlaku di sana; dan fase resolution, yaitu ketika masyarakat mulai merasa nyaman dengan lingkungan dan budaya baru mereka. 3) Faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan Bunoh Tenong antara lain norma yang berlaku di masyarakat Dusun Belimbing, pendidikan yang berdampak signifikan terhadap pandangan sosial seseorang, dan faktor ekonomi di mana masyarakat memandang ritual ini sangat sederhana serta membawa manfaat kesehatan dan kemudahan dalam meraih kesuksesan. Melalui interaksi sosial, terdapat keterbukaan timbal balik antar manusia. 4) Dampak yang dirasakan masyarakat dalam tradisi Bunoh Tenong adalah terlihat pada pelestarian budayanya dari perubahan zaman dan tradisi lokal yang masih lekat dengan kehidupan masyarakat, Sebaliknya, ritual Bunoh Tenong kurang menekankan pada penguatan jaringan sosial dan hanya fokus pada kerabat dekat, secara ekonomi, ritual Bunoh Tenong dapat meringankan pengeluaran pengobatan dan rasa tenteram bagi keluarga