Abstract:
Zulyasa Gustomi (11906003), Resiliensi Siswa Korban Broken Home di Madrasah Aliyah Negeri Landak: Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2023.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang siswa broken home di Madrasah Aliyah Negeri Landak. Tujuan penelitian ini adalah; (1) Menganalisis kondisi siswa yang mengalami broken home; (2) Mengetahui hambatan siswa dalam melakukan resiliensi; (3) Mengetahui upaya siswa menghadapi hambatan resiliensi yang dialami; (4) Peran BK dalam resiliensi siswa broken home.
Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer penelitian ini yaitu 3 orang siswa korban broken home dan guru Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah Negeri Landak. Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu buku, e-book, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi yang sudah teruji keabsahannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur, observasi non partisipatif, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data adalah dengan menggunakan model Miles dan Huberman.
Hasil dari penelitian ini: 1) Kondisi siswa pasca broken home mengalami kesedihan yang mendalam dan merasa kurangnya kasih sayang dari orang tuanya. Siswa merasa sedih atas keputusan kedua orang tuanya dan merasa iri terhadap orang lain yang memiliki keluarga yang lengkap. Adapula siswa yang mengalami trauma terhadap KDRT yang dilakukan ayah kandungnya dan takut jika kejadian itu terulang kembali; 2) Hambatan dalam resiliensi, yaitu buruknya komunikasi antara siswa dan orang tua masing-masing; 3) Upaya yang dilakukan dalam melewati hambatan dalam resiliensi yaitu dengan meningkatkan kecerdasan spiritual dengan berserah kepada Tuhan, membangun komunikasi yang baik dengan kedua orang tua, membangun lingkungan pertemanan yang positif, melupakan kesedihan yang dialami, dan menyusun masa depan yang lebih baik; 4) Guru BK di MAN Landak belum memberikan bantuan pada seluruh siswa broken home. Dua dari tiga informan pernah mendapat bantuan layanan BK, namun tidak membahas isu broken home atau resiliensi. Guru BK mengklaim bahwa telah melakukan bantuan layanan konseling individu, bimbingan klasikal, home visit, dan konferensi kasus pada siswa broken home lainnya