Abstract:
Zahran yang akan sering disebut-sebut dalam tulisan ini
adalah ayahnda orang tua kandung penulis. Refleksi dari keseringan membersamai dan menyertai ayahnda sejak kecil di rumah Jl.
Banjar Pesisir Pemangkat, surau tua sebagai saksi bisu cinta kami,
dan para saksi lainnya adalah bukti lorong-lorong yang pernah
kami lewati bersama, pasar sentral Pemangkat beserta kios dagangan ayah telah ikut menyaksikan diskusi kami, Zahran dan
Ma’ruf. Masjid Raya At-Taqwa tempat ayah berkhotbah masih
tetap menyimpan kenangan manis kami (sweet memory), dan rumah indah (sweet home) sebagai rumah para pejuang ilmu (mujahidin fi sabilil ‘ilmi). Jl. M. Yamin sebelah kiri terdapat Sinar Usaha. Pondok kecil tempat penulis menimba ilmu dari sang maestro
waliyullah Zahran. Zahran telah dianugerahkan oleh Allah SWT
untuknya berupa kewalian masturiyah (tersembunyi) yang tak
terbaca oleh sembarang orang.