Abstract:
Sedang ramai perdebatan dari para ahli saat ini; seperti
mempertanyakan keberadaan sistem pendidikan yang semakin
administratif. Mempertanyakan legitimasi Guru Besar (GB), meremehkan
kontribusi para Profesor bagi pengembangan pendidikan, bahkan sampai
pada upaya gerakan De-Sakralisasi Profesor. Meskipun perlu waspada
dan jangan “gebyah uyah” atau menggeneralisasi semua GB. Sebab, masih
banyak dosen yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan tertatih-tatih
mencapai GB dengan tetap menjaga marwah akademik dan mempunyai
idealisme tinggi. Bisa jadi fenomena ini, akibat ulah para oknum semata,
terutama para politisi yang ngebet dan menghalalkan segala cara ingin
menjadi GB.
Selain itu, sedang menjamur berbagai seminar dan workshop
mendongkrak kualitas SDM; berburu Scopus, mengejar jurnal internasional
bereputasi & mencari strategi perguruan tinggi memperoleh rekognisi
internasional (World Class University). Usaha ini sah-sah saja, tetapi harus
tetap sesuai visi-misi dan menunjukkan eksistensi lokalitas dan identitas
kultur (cultural identity).
Tak ketinggalan pro-kontra penerapan strategi dan kurikulum
merdeka yang semakin absurd dan menemukan sejumlah persoalan di
lapangan. Termasuk juga mempertanyakan usaha merekayasa laboratorium
penelitian dalam kerangka hilirisasi riset dan pengembangan teknologi
baru untuk menghasilkan produk yang akseleratif dengan pasar.
Peran pendidikan kelihatan abai dengan realitas sosiologis dan
keberlangsungan kebudayaan atau lingkungan masyarakat sekitar.
Dominasi politik kekuasaan menyebabkan sistem pendidikan kelihatan
mandul tak berdaya, menghilangkan sikap sense of crisis, dan melupakan
kepekaan dan tanggung jawab para pendidik (akibat beban lebih atau
mungkin rasa takut akibat hegemoni kekuasaan yang mencengkeram dan
kelihatan begitu dominan selama ini).