dc.description.abstract |
Anas Sofyan, Rasionalisasi Tradisi Dalam Pendidikan Islam: Studi
Kasus Pemilihan Hari Dan Bulan Baik Pernikahan Pada
Etnis Madura Di Mempawah: Program Studi Magister
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Pontianak Tahun 1447 H/ 2025 M.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana
pelaksanaan tradisi pemilihan hari dan bulan baik dalam pernikahan
dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat etnis Madura di
Mempawah, dengan menelusuri nilai-nilai budaya, kepercayaan
lokal, dan pertimbangan keagamaan yang mendasarinya. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis proses rasionalisasi
terhadap tradisi tersebut dalam konteks pendidikan Islam, khususnya
dalam bagaimana nilai-nilai lokal diselaraskan dengan ajaran Islam
melalui pendekatan edukatif. Tujuan lainnya adalah untuk
menjelaskan urgensi dan relevansi rasionalisasi tradisi ini terhadap
pembelajaran dan praktik pendidikan Islam, sehingga tradisi yang
hidup di tengah masyarakat tetap memiliki nilai pedagogis dan
spiritual yang konstruktif serta tidak bertentangan dengan prinsip
prinsip dasar ajaran Islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui
observasi lapangan, wawancara mendalam dengan tokoh adat
Ustadz Mulyadi, tokoh agama Ustadz Subahri, dan masyarakat
pelaku tradisi termasuk bapak Robi dan ibu Siti Hairiyah, serta
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan, perpaduan pola,
pembuatan penjelasan (ekplanasi), analisis deret waktu, sedangakan
redaks data, perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,
triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pemilihan hari
dan bulan baik dalam pernikahan masyarakat Madura di Mempawah
dipraktikkan sebagai bentuk warisan budaya dan ikhtiar spiritual
untuk memperoleh keberkahan. Pelaksanaannya melibatkan
xi
musyawarah keluarga, konsultasi tokoh adat termasuk Ustadz
Mulyadi tokoh agama termasuk Ustadz Subahri, dan masyarakat
termasuk bapak Robi dan ibu Siti Hairiyah yang menggunakan
penanggalan tradisional seperti weton Jawa dan hitungan Madura.
Tradisi ini sarat akan nilai-nilai Islam, seperti kehati-hatian,
tanggung jawab, penghormatan kepada orang tua, dan semangat
kolektif, meskipun belum banyak dioptimalkan dalam konteks
pendidikan formal maupun nonformal. Proses rasionalisasi tradisi
mulai tampak terutama di kalangan muda yang mempertanyakan
kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Namun secara
umum, tradisi masih dilaksanakan secara normatif tanpa pemisahan
jelas antara aspek budaya dan agama. Oleh karena itu, proses
rasionalisasi menjadi penting agar nilai-nilai dalam tradisi tidak
jatuh pada praktik takhayul, melainkan dapat diintegrasikan sebagai
media pendidikan Islam yang kontekstual. Dengan demikian, tradisi
ini berpotensi menjadi sarana penguatan karakter, adab, dan
kesadaran spiritual dalam kerangka tauhid dan pembelajaran Islam
yang membumi. Rasionalisasi ini menjadi penting untuk menjaga
keseimbangan antara pelestarian budaya lokal dan penguatan nilai
nilai Islam yang rasional, moderat, dan mendidik. Tradisi pemilihan
hari dan bulan baik tidak hanya dipertahankan sebagai warisan
budaya, tetapi juga dimaknai ulang sebagai sarana pendidikan nilai
seperti kehati-hatian, musyawarah, tanggung jawab moral, dan
spiritualitas
yang
hidup
dalam praktik sosial-keagamaan
masyarakat. Proses ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam tidak
hanya berlangsung di ruang formal, tetapi juga melalui tradisi yang
membentuk kesadaran kolektif umat. |
en_US |