Abstract:
Kalimantan Barat dikenal sebagai laboratorium Indonesia, karena
dinilai memiliki keragaman etnik dan agama. Potensi ini ibarat dua sisi mata
uang, satu sisi menyimpan potensi disintegrasi antara kelompok dalam
masyarakat, namun di sudut yang lain keragaman juga berpotensi persatuan
jika masyarakatnya saling memahami dan toleransi. Termasuk, keragaman
etnik dan agama di Kalimantan Barat berpotensi positif, jika mampu di kelola
dengan benar.
Sejarah kelam konflik antara kelompok etnik masa lalu, cukup
menyisakan keprihatinan dan kepedihan. Bahkan masih menyisakan luka,
dan sulit dihapus dari ingatan diantara kelompok yang berseteru. Bahkan
hingga saat ini jejak konflik dapat dirasakan termasuk sulitnya
mengembalikan pihak yang berkonflik ke domisilinya.
Kalimantan Barat tercatat sebagai wilayah yang memiliki sejarah
konflik antara kelompok etnik sangat panjang. Konflik pernah terjadi sejak
tahun 1967 antara etnik Tiongoa dengan Dayak lebih kental persoalan politik
Orde Baru. Dalam catatan Sosiolog Kalbar, Syarif I. Alqadrie, konflik antara
kelompok etnik minimal pernah terjadi 12 kali.