dc.description.abstract |
NADILA AULIA MAFILZHA. Budaya inklusi dan religius dalam atmosfer pendidikan di SDN 34 Pontianak. Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakutas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2024.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Budaya Inklusi dan Religius dalam Atmosfer Pendidikan di SDN 34 Pontianak. Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini difokuskan pada Budaya Inklusi dan Religius dalam Atmosfer Pendidikan di SDN 34 Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang: 1) Wujud budaya inklusi dan religius dalam atmosfer pendidikan di SDN 34 Pontianak, 2) budaya inklusi dan religius yang diwujudkan di SDN 34 Pontianak bisa menumbuhkan atmosfer pendidikan di Sekolah tersebut, 3) faktor penghambat dalam upaya mewujudkan budaya inklusif dan religius di SDN 34 Pontianak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sumber data penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Pendamping Khusus, dan Guru Pendidikan Agama Islam. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, kondensasi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data, member check serta pengamatan secara terus menerus.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) budaya inklusi dan religius di SDN 34 Pontianak bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang menghargai dan tidak diskriminatif terhadap semua siswa, termasuk anak-anak difabel. 2) Budaya inklusi dan religius di SDN 34 Pontianak terwujud berkat dukungan pemerintah melalui Program Pembelajaran Individu (PPI) untuk anak difabel, serta sarana dan prasarana yang layak. Sekolah juga tidak membeda-bedakan siswa berdasarkan agama, didukung oleh norma dan kebiasaan positif yang dibangun bersama seluruh warga sekolah, pemimpin, dan stakeholder, menciptakan lingkungan pendidikan harmonis dan inklusif. 3) Budaya inklusi dan religius di sekolah menghadapi tantangan seperti kurangnya pemahaman guru, sarana yang kurang, minimnya partisipasi orang tua, dan stereotip. Keberhasilan budaya ini membutuhkan dukungan dari orang tua dan masyarakat. Guru PAI penting dalam merancang metode pengajaran yang inklusif. Di SDN 34 Pontianak, budaya ini mendukung pertumbuhan sosial dan akademis, meski guru merasa terbebani. Tantangan ini timbul karena kurangnya fasilitas dan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan yang ada. |
en_US |