dc.description.abstract |
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tokoh yang memiliki pengaruh
di Kabupaten Kuburaya khususnya, desa Simpang Kanan, Kecamatan Sungai
Ambawang. Tokoh tersebut belum terpublikasi kiprah dan perjuangannya dalam
menjalankan visi-misi ke Islaman. Sehingga kemudian peneliti menganggap perlu
untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul kiprah Kyai Abdussyakur. Ia
merupakan tokoh masyarakat, Pendidik dan Da’i yang berasal dari pulau Madura,
kemudian berdakwah di kuburaya. Kontribusinya bagi masyarakat desa Simpang
Kanan tetap dirasakan sampai saat ini. Dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan
menjadi sumbangsih besar terhadap kemajuan sumber daya manusia di desa
tersebut. Saksi hidup perjuangan Kyai Syakur dalam membangun desa Simpang
Kanan khususnya dalam bidang pendidikan, agama, sosial budaya sudah banyak
yang tidak ada sehingga peneliti menganggap perlu menuliskan dalam bentuk tesis
agar masyarakat yang hidup setelahnya dapat mengakses informasi tentang kyai
Syakur melalui penelitian ini.
Penelitian ini ialah penelitian kualitatif yakni dengan pendekatan studi
tokoh. Teknik yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data ialah dengan
studi dokumentasi, wawancara dan observasi. Adapun dalam melakukan
pemeriksaan keabsahan data yang pertama ialah: Kredibilitas Data, kedua
Transferabilitas data, ketiga Depadabilitas data.
Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa K.H. Abdussyakur Walid
Nurhalim merupakan seorang ulama yang memiliki peran penting di Desa Simpang
Kanan dilihat dari perannya yakni sebagai tokoh masyarakat, Da’i dan seorang
pendidik. Ia tidak berasal dari Kalimantan tetapi semangatnya untuk memajukan
desa ini sangat tinggi. Dalam bidang pendidikan masih dirasakan kiprahnya dengan
adanya pondok posantren yang dapat memajukan berbagai aspek kehidupan seperti
majunya sumber daya manusia, ekonomi membaik karena terciptanya lapangan
pekerjaan dengan cara memanggil masyarakat yang memiliki pendidikan untuk
menjadi tenaga pendidik di Darun Nasyi’in. selain dalam bidang pendidikan, peran
sebagai Da’i juga dirasakan banyak membantu masyarakat menjadi pribadi yang
lebih baik. Dari semula masyarakat menyimpang dari ajara-ajaran Islam, berkat
kesabarannyalah masyarakat yang menyimpang kembali kejalan yang benar. Ia
aktif menghidupkan majelis-majelis ta’lim yang pada saat itu disebut mustami’an.
Perannya sebagai Da’i tidak hanya di Desa itu, ia aktif berdakwah dari kampungke kampung. Ia diminta oleh masyarakat Desa Sungai Ambawang untuk mengisi
majelis-majelis Ilmu seperti misanya masyarkat di Gotong Royong, Kubupadi,
Kampung Singsang dan lain sebagainya. Sebagai tokoh masyarakat jasanya dikenal
hingga saat ini, berkatnyalah konflik antar suku yang terjadi pada tahun 1997 saat
itu tidak memanas. Diadakannya pertemuan yang menghadirkan K.H. Abdussyakur
Walid Nurhalim menjadikan Panglima Dayak mengubah fikirannya untuk
berdamai dengan masyarakat madura. |
en_US |