Panta Rhei

Show simple item record

dc.contributor.author Kurniawan, Syamsul
dc.date.accessioned 2025-09-15T15:28:23Z
dc.date.available 2025-09-15T15:28:23Z
dc.date.issued 2021-05
dc.identifier.uri https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/handle/123456789/7680
dc.description.abstract MODERASI beragama merupakan salah satu gagasan keIslaman yang muncul di Indonesia sekitar satu dekade ini, namun terus menguat, serta menjadi kebijakan Kementerian Agama. Apa sebenarnya moderasi beragama itu? Moderasi artinya adalah proses berpola pikir, bersikap dan berperilaku moderat. Makna moderat secara leksikal adalah selalu menghindarkan diri dari perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; atau berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah (KBBI, 1987: 589). Dalam Bahasa Arab, moderasi ini sepadan dengan wasathiyah, yakni kata yang berasal dari bentuk dasar wasatha, yasithu, sithah. Bentuk dasar kata “wasathiyah” tadi disebutkan dalam Al- Qur‘an baik dalam bentuk ism (kata benda), fi’il (kata kerja), maupun sifat. Allah berfirman: “Dan demikian pula Kami menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Qs. Al-Baqarah: 143). Juga firman Allah: “Peliharalah semua shalat dan shalat “wustha”. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusuk.” (Qs. Al-Baqarah: 238). Juga firman Allah: “Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, ‘Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu).” (Qs. Al-Qalam: 28). Juga firman Allah: “Lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.” (Qs. Al-Adiyat: 5). Seluruh ayat Al Qur’an yang dikutip terjemahannya di atas menunjukkan bahwa arti kata dasar wasatha, yasithu, sithah, adalah jalan, posisi dan sikap tengah atau pertengahan, karena hal itu adalah yang paling bijak. Dengan kata lain, kata dimaksud sepadan dengan makna kata moderat. Dalam kamus lafadz Al-Qur’an yang diterbitkan oleh asosiasi bahasa Arab di Kairo, makna wasatha, yasithu, sithah adalah antara dua posisi, semisal dikatakan bahwa kita ada di tengah jalan, atau di tengah kaum. Kata benda hiperboliknya, yakni ism tafdlilnya adalah al-awsath, yang berarti seimbang, sederhana dan jauh dari berlebihan dalam kebaikan maupun keburukan. Sedang bentuk kata muannatsnya adalah al-wustha (Yusuf Qaradlawi, Fiqh al- Wasathiyah, 33). en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Ayunindya en_US
dc.title Panta Rhei en_US
dc.title.alternative Ragam Ekspresi, Krisis yang Dialami dan Tantangan yang Dihadapi Umat Beragama en_US
dc.type Book en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search


Advanced Search

Browse

My Account