ISLAM SUFISTIK DI KALIMANTAN BARAT: STUDI FILOLOGI ATAS NASKAH MUHAMMAD AS’AD SELAKAU, SAMBAS

Show simple item record

dc.contributor.author A, Rustam
dc.contributor.author Hermansyah, Hermansyah
dc.contributor.author Erwin, Erwin
dc.date.accessioned 2023-05-09T01:47:37Z
dc.date.available 2023-05-09T01:47:37Z
dc.date.issued 2010
dc.identifier.uri https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/handle/123456789/2903
dc.description.abstract Penelitian berjudul “Islam Sufistik: Studi Filologi Atas Naskah Muhammad Asád Selakau, Sambas” ini dilatarbelakangi oleh sebuah keprihatinan bahwa upaya mengumpulkan dan mengkaji naskah-naskah lama di Kalimantan Barat belum mendapat perhatian yang memadai. Mendesaknya upaya melestarikan dan memanfaatkan naskah-naskah Nusantara di Kalimantan Barat setidaknya didasarkan pada tiga hal. Pertama, banyaknya informasi penting berkaitan dengan seluk-beluk kepercayaan dan kehidupan yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut. Naskah lama dapat memberikan kesaksian ihwal sosial, budaya, agama, dan politik secara langsung kepada kita melalui bahasa yang tertuang di dalamnya. Kedua, sudah semakin rapuhnya kondisi fisik naskah tersebut seiring dengan perjalanan waktu. Kondisi ini jika dibiarkan, akan mengakibatkan punahnya sebuah sumber penting yang merupakan kekayaan intelektual Indonesia. Ketiga, upaya penelitian, khususnya melalui penerjemahan dan alih aksara, akan membantu generasi sekarang untuk dapat menyelami isi kandungan naskah yang ditinggalkan oleh generasi terdahulu. Penelitian ini berupaya mengurai corak tasawuf dalam naskah Muhammad Asád Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk mengurai beberapa hal, yaitu: (1) Isi naskah Muhammad Asád. (2) Corak tasawuf dalam naskah Muhammad Asád. (3) Bagaimana latar belakang penulis dan setting sosial penulisan naskah Muhammad Asád. Untuk mengurai tiga hal di atas, penelitian ini menggunakan metode filologi dan sejarah. Data utama penelitian ini adalah naskah yang ditulis oleh Muhammad Asád. Untuk melengkapi data dokumen ini juga dilakukan wawancara dengan pihakpihak yang mengetahui asal-usul naskah tersebut. Penelitian ini berhasil melakukan terjemahan dengan anotasi berupa variasi bacaan/terjemahan dari dua teks lain. Secara umum naskah yang berisi 32 halaman ini berisi unsur-unsur pengamalan ibadah dan suluk. Secara khusus naskah yang selesai ditulis pada tanggal 29 Rabiul Awal 1280 H merupakan salinan dari al-Hikam karya Ibnu ‘Athaillah al-Syakandari ini menyebutkan pentingnya salat. Berbeda dengan salat dalam pandangan para fuqaha yang lebih mementingkan syarat dan rukun formal dari ibadah itu, dalam naskah ini salat harus ditegakkan bukan hanya dilaksanakan. Salat yang ditegakkan adalah salat yang bersamaan dengan penyucian hati. Salat merupakan sarana untuk bermunajat dan pembersihan batin. Dengan demikian salat itu selain merupakan sarana berbakti kepada Tuhan, juga membawa efek kesucian lahir dan batin, menjadikan pelakunya lebih baik. Sebaliknya salat tanpa penghayatan rohaniah akan merupakan suatu kegiatan yang kurang bermakna, kering dan tidak akan membawa perubahan bagi pelakunya. Dilihat dari coraknya, secara umum naskah ini umumnya bercorak filsafat, namun tidak seperti al-Hallaj, Ibnu Arabi dan para tokoh tasawuf falsafi yang lainnya. Pemikiran dalam naskah ini tidak mengedepankan konsep ketuhanan yang dialektis tetapi lebih banyak menjadikan Tuhan sebagai pangkal dan akhir seluruh niat, aktivitas dan tujuan makhluk. Selain itu, penelitian ini juga telah berupaya memaparkan latar belakang penulis dan situasi sosial tempat naskah itu ditemukan. Penulisan/penyalinan naskah ini bisa dilihat dari konteks sejarah perkembangan Islam di Nusantara khususnya dan dunia pada umumnya. Lahirnya kecenderungan pengamalan tasawuf yang juga diiringi dengan upaya pewarisan ilmu tersebut melalui tradisi tulis dapat dijelaskan dengan teori umum mengenai masuknya Islam ke Nusantara. Di Sambas Awal abad ke-18, masa berkuasanya sultan Sambas ke- 3 yaitu Muruhum Adil atau Raden Miliya bin Raden Bima bergelar Sultan Umar Aqamaddin I (1114-1140H/1702-1727M), Islam dengan corak tasawuf itu telah masuk dan berkembang di Sambas. Di antara ulama yang terkenal di Sambas pada masa itu adalah Syaikh Abdul Jalil al-Fatani, berasal dari Patani. Ia dimakamkan di daerah Lumbang, Sambas, dan sampai sekarang makamnya dikenal sebagai Keramat Lumbang. Oleh karena itu, wajar jika Muhammad Asád yang lahir pada awal abad ke- 19 tertarik untuk mendalami Tasawuf. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher STAIN Pontianak en_US
dc.title ISLAM SUFISTIK DI KALIMANTAN BARAT: STUDI FILOLOGI ATAS NASKAH MUHAMMAD AS’AD SELAKAU, SAMBAS en_US
dc.type Laporan en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search


Advanced Search

Browse

My Account